Tampilkan postingan dengan label random. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label random. Tampilkan semua postingan
Minggu, 27 Maret 2011
Kamis, 03 Maret 2011
hoax about popular people death: for gag or for ad?
Di jam-jam malas seperti sekarang, 16:30 WIB, kala pikiran sudah di awang-awang antara urusan kerjaan dan non-kerjaan, gue iseng buka trend Google,. Tidak ada yang begitu menarik, kecuali di bagian Hot Searches (USA) yakni berita tentang kematian Jim Carrey menempati urutan ke-5. What da...??
Berhubung gw adalah salah satu pengagum Carrey (by the way, bukan Ace Ventura, The Mask, atau film-film dia yang terakhir yg menurut gw adalah pencapaian akting tertinggi dia, melainkan Man On The Moon - film yang diangkat dari kisah nyata komedian Andy Kauffman), gw langsunglah mau mengkonfirmasi berita tersebut. Sebenarnya udah feeling kalau berita tersebut bohong belaka, tapi jemari gue tetap mengklik sana-sini link-link yang memuat berita terkait.
Yah seperti yang bisa ditebak, the news is purely 100% hoax. Isi lengkap rumor yang mengatakan kalau Carrey mati karena kecelakaan snowboarding di Swiss itu gak tau awal mulanya siapa yang menyulut dan gue juga gak berminat nelusurin sampai sejauh itu. Lebih-lebih lagi di salah satu (or dua) link mengatakan kalau beberapa selebriti juga pernah mengalami pemberitaan yang tidak bertanggung jawab tsb (tewas krn kecelakaan snowboarding) diantaranya Eddie Murphy, Adam Sandler, Owen Wilson, dll.
Yang bikin gue heran adalah berita yang notabene sudah berulang dan ketahuan hoax kyk gini kok masih bisa menjadi trend berita tertinggi di dunia maya. Prediksi awal gw sih krn ulah-ulah netter pencari trafik kunjungan yang mana dengan gw mem-post hal beginian di blog gw secara tidak langsung sudah membantu menaikkan trafik hoax tsb..(hahaha..cape deh)
Berhubung gw adalah salah satu pengagum Carrey (by the way, bukan Ace Ventura, The Mask, atau film-film dia yang terakhir yg menurut gw adalah pencapaian akting tertinggi dia, melainkan Man On The Moon - film yang diangkat dari kisah nyata komedian Andy Kauffman), gw langsunglah mau mengkonfirmasi berita tersebut. Sebenarnya udah feeling kalau berita tersebut bohong belaka, tapi jemari gue tetap mengklik sana-sini link-link yang memuat berita terkait.
Yah seperti yang bisa ditebak, the news is purely 100% hoax. Isi lengkap rumor yang mengatakan kalau Carrey mati karena kecelakaan snowboarding di Swiss itu gak tau awal mulanya siapa yang menyulut dan gue juga gak berminat nelusurin sampai sejauh itu. Lebih-lebih lagi di salah satu (or dua) link mengatakan kalau beberapa selebriti juga pernah mengalami pemberitaan yang tidak bertanggung jawab tsb (tewas krn kecelakaan snowboarding) diantaranya Eddie Murphy, Adam Sandler, Owen Wilson, dll.
Yang bikin gue heran adalah berita yang notabene sudah berulang dan ketahuan hoax kyk gini kok masih bisa menjadi trend berita tertinggi di dunia maya. Prediksi awal gw sih krn ulah-ulah netter pencari trafik kunjungan yang mana dengan gw mem-post hal beginian di blog gw secara tidak langsung sudah membantu menaikkan trafik hoax tsb..(hahaha..cape deh)
Sabtu, 01 Januari 2011
year two thousand eleven
Year 2011, a newly one.
After some life's events in the previous year - silly target in my work, doing exciting things which I've never done before, my beloved brother got married, silly romance, etc. - , I am just hoping that this rabbit year would bring more luck to me, to us, to the world. Leading us to a better life. Amiin...
Selasa, 29 Juni 2010
hendrix
"anger, he smiles towering in shinny metallic purple armor.."
- Bold As Love (from his 2nd studio album Axis: Bold As Love) -
Selasa, 22 Juni 2010
Senin, 14 Juni 2010
a placard story
Today...
8:30 pm...
Incubus' wish you were here was played in the background...
I was driving back from UI Salemba. Ketika di traffic light fly over Senen, sambil menunggu lampu merah berganti hijau, pandanganku terhenti di sebuah toko trophy di dekat situ. Plakat namanya sangat besar berwarna keemasan, TOKO JAKARTA TROPHY.
bulan yang sama, 3 tahun lalu...
around 1:00 pm...
no music played in the background, except a route announcement from transjakarta bus' speaker...
Saya sedang menuju stasiun Senen, melewati toko trophy yang sama, untuk kembali ke Malang naik kereta ekonomi Matarmaja yang di dalamnya sedikit banyak menampilkan sekumpulan penduduk marjinal ibukota. Mulai dari pedagang asongan, ibu-ibu tua berwajah letih, kakek dari Jawa bersama cucunya, sampai pengamen yang setiap stasiun selalu muncul, dengan etika meminta bayaran yang sagala aya. Saya naik kereta itu bukan semata-mata bermaksud mengirit (saat itu tarif Matarmaja rute Senen-Malang cuma Rp45ribu), tapi saya juga mau mencoba seperti apa rasanya naik kereta yang selalu diomongkan teman-teman kuliah di Malang. Ternyata perjalanan dari jam 2 siang sampai jam 9 keesokan harinya itu cukup membuat menderita bagi seorang rookie seperti saya. Beberapa kali saya harus mengalah kepada penumpang yang sudah tua dalam hal bangku penumpang yang tebal pengalasnya (kalaupun ada) hanya sekian milimeter. Otomatis perjalanan 19 jam itu lebih banyak saya habiskan di pelintas antar gerbong saja. Begadang dan sebungkus mild adalah judul malam itu.
Hari itu adalah hari ketiga di Jakarta setelah work interview di Deloitte Touche Tohmatsu (konon adalah firma akuntan publik terbesar kedua di dunia). Seharusnya saya berada di Jakarta paling lama 2 hari, namun kesalahan jadwal dari pihak Deloitte membuat teman saya rela menambah 1 hari lagi tumpangan tinggal gratis.
"Even if they would hire me there, living in the capital city is the last choice of mine", I was thinking.
Saya dulu sangat ingin kalau bekerja ya di Malang saja. I have lived there for 7 years, it's already become a second hometown for me. I enjoyed the weather, the food, the people. I had a happy little band, a book rental, my greatest and best friends are all in that city...which as the years gone by, they're all living their own path.
I have now been 3 years in Jakarta with some goals I have accomplished. It's not a small amount of time yet not an easy one either. It's tough, rough, and so dynamic. Well, sometimes it really really really really sucks but it's okay.. I mean living in this big city is definitely not a problem from me, I surely can deal with it.
So I'm thinking, isn't the process that matters? Tidak peduli dimana dan bagaimana situasinya, saat ini kita sedang dalam proses membangun masa depan masing-masing. Keringat, tawa, air mata, kerja keras yang mewarnai proses itu akan kita kenang sebagai masa yang lalu yang
indah. Entah kita mengenangnya di dalam kubikal kerja kita, pembaringan kita , mobil, bus, kereta, ataupun pesawat yang kita tumpangi..it'll draw a little smile upon our face.
Jadi... stop wasting your time doing something useless atau terlalu menyesali yang telah lalu.
Why? Because TIME IS PRECIOUS.
Why? Because YOU'RE PRECIOUS.
8:30 pm...
Incubus' wish you were here was played in the background...
I was driving back from UI Salemba. Ketika di traffic light fly over Senen, sambil menunggu lampu merah berganti hijau, pandanganku terhenti di sebuah toko trophy di dekat situ. Plakat namanya sangat besar berwarna keemasan, TOKO JAKARTA TROPHY.
bulan yang sama, 3 tahun lalu...
around 1:00 pm...
no music played in the background, except a route announcement from transjakarta bus' speaker...
Saya sedang menuju stasiun Senen, melewati toko trophy yang sama, untuk kembali ke Malang naik kereta ekonomi Matarmaja yang di dalamnya sedikit banyak menampilkan sekumpulan penduduk marjinal ibukota. Mulai dari pedagang asongan, ibu-ibu tua berwajah letih, kakek dari Jawa bersama cucunya, sampai pengamen yang setiap stasiun selalu muncul, dengan etika meminta bayaran yang sagala aya. Saya naik kereta itu bukan semata-mata bermaksud mengirit (saat itu tarif Matarmaja rute Senen-Malang cuma Rp45ribu), tapi saya juga mau mencoba seperti apa rasanya naik kereta yang selalu diomongkan teman-teman kuliah di Malang. Ternyata perjalanan dari jam 2 siang sampai jam 9 keesokan harinya itu cukup membuat menderita bagi seorang rookie seperti saya. Beberapa kali saya harus mengalah kepada penumpang yang sudah tua dalam hal bangku penumpang yang tebal pengalasnya (kalaupun ada) hanya sekian milimeter. Otomatis perjalanan 19 jam itu lebih banyak saya habiskan di pelintas antar gerbong saja. Begadang dan sebungkus mild adalah judul malam itu.
Hari itu adalah hari ketiga di Jakarta setelah work interview di Deloitte Touche Tohmatsu (konon adalah firma akuntan publik terbesar kedua di dunia). Seharusnya saya berada di Jakarta paling lama 2 hari, namun kesalahan jadwal dari pihak Deloitte membuat teman saya rela menambah 1 hari lagi tumpangan tinggal gratis.
"Even if they would hire me there, living in the capital city is the last choice of mine", I was thinking.
Saya dulu sangat ingin kalau bekerja ya di Malang saja. I have lived there for 7 years, it's already become a second hometown for me. I enjoyed the weather, the food, the people. I had a happy little band, a book rental, my greatest and best friends are all in that city...which as the years gone by, they're all living their own path.
I have now been 3 years in Jakarta with some goals I have accomplished. It's not a small amount of time yet not an easy one either. It's tough, rough, and so dynamic. Well, sometimes it really really really really sucks but it's okay.. I mean living in this big city is definitely not a problem from me, I surely can deal with it.
So I'm thinking, isn't the process that matters? Tidak peduli dimana dan bagaimana situasinya, saat ini kita sedang dalam proses membangun masa depan masing-masing. Keringat, tawa, air mata, kerja keras yang mewarnai proses itu akan kita kenang sebagai masa yang lalu yang
indah. Entah kita mengenangnya di dalam kubikal kerja kita, pembaringan kita , mobil, bus, kereta, ataupun pesawat yang kita tumpangi..it'll draw a little smile upon our face.
Jadi... stop wasting your time doing something useless atau terlalu menyesali yang telah lalu.
Why? Because TIME IS PRECIOUS.
Why? Because YOU'RE PRECIOUS.
yes.. you are precious, my dear...
Minggu, 11 April 2010
Langganan:
Postingan (Atom)