Senin, 14 Juni 2010

a placard story

Today...
8:30 pm...
Incubus' wish you were here was played in the background...

I was driving back from UI Salemba. Ketika di traffic light fly over Senen, sambil menunggu lampu merah berganti hijau, pandanganku terhenti di sebuah toko trophy di dekat situ. Plakat namanya sangat besar berwarna keemasan, TOKO JAKARTA TROPHY.


bulan yang sama, 3 tahun lalu...
around 1:00 pm...
no music played in the background, except a route announcement from transjakarta bus' speaker...

Saya sedang menuju stasiun Senen, melewati toko trophy yang sama, untuk kembali ke Malang naik kereta ekonomi Matarmaja yang di dalamnya sedikit banyak menampilkan sekumpulan penduduk marjinal ibukota. Mulai dari pedagang asongan, ibu-ibu tua berwajah letih, kakek dari Jawa bersama cucunya, sampai pengamen yang setiap stasiun selalu muncul, dengan etika meminta bayaran yang sagala aya. Saya naik kereta itu bukan semata-mata bermaksud mengirit (saat itu tarif Matarmaja rute Senen-Malang cuma Rp45ribu), tapi saya juga mau mencoba seperti apa rasanya naik kereta yang selalu diomongkan teman-teman kuliah di Malang. Ternyata perjalanan dari jam 2 siang sampai jam 9 keesokan harinya itu cukup membuat menderita bagi seorang rookie seperti saya. Beberapa kali saya harus mengalah kepada penumpang yang sudah tua dalam hal bangku penumpang yang tebal pengalasnya (kalaupun ada) hanya sekian milimeter. Otomatis perjalanan 19 jam itu lebih banyak saya habiskan di pelintas antar gerbong saja. Begadang dan sebungkus mild adalah judul malam itu.

Hari itu adalah hari ketiga di Jakarta setelah work interview di Deloitte Touche Tohmatsu (konon adalah firma akuntan publik terbesar kedua di dunia). Seharusnya saya berada di Jakarta paling lama 2 hari, namun kesalahan jadwal dari pihak Deloitte membuat teman saya rela menambah 1 hari lagi tumpangan tinggal gratis.
"Even if they would hire me there, living in the capital city is the last choice of mine", I was thinking.


Saya dulu sangat ingin kalau bekerja ya di Malang saja. I have lived there for 7 years, it's already become a second hometown for me. I enjoyed the weather, the food, the people. I had a happy little band, a book rental, my greatest and best friends are all in that city...which as the years gone by, they're all living their own path.


I have now been 3 years in Jakarta with some goals I have accomplished. It's not a small amount of time yet not an easy one either. It's tough, rough, and so dynamic. Well, sometimes it really really really really sucks but it's okay.. I mean living in this big city is definitely not a problem from me, I surely can deal with it.

So I'm thinking, isn't the process that matters? Tidak peduli dimana dan bagaimana situasinya, saat ini kita sedang dalam proses membangun masa depan masing-masing. Keringat, tawa, air mata, kerja keras yang mewarnai proses itu akan kita kenang sebagai masa yang lalu yang
indah. Entah kita mengenangnya di dalam kubikal kerja kita, pembaringan kita , mobil, bus, kereta, ataupun pesawat yang kita tumpangi..it'll draw a little smile upon our face.

Jadi... stop wasting your time doing something useless atau terlalu menyesali yang telah lalu.
Why? Because TIME IS PRECIOUS.
Why? Because YOU'RE PRECIOUS.

yes.. you are precious, my dear...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar